Minggu, 16 Agustus 2009

Persatuan dan Kekuatan Arab Jaminan Perdamaian

Rakan Al-Majali

Asy-Syarq Qatar

Kami tidak bermaksud mengulang teori bahwa bangsa Arab yang kuat saja yang mampu menciptakan perdamaian. Bangsa Arab yang lemah yang tidak mampu bangga dan mulia serta tahan banting terlalu lemah untuk mewujudkan perdamaian bagi diri mereka sendiri apalagi kepada yang lain.

Lebih dari enam dekade lalu ketika dibentuk Liga Arab dan awal mula pembentukan sistemasi negara-negara Arab, “identitas kebangsaan Arab pada Palestina” menjadi idealisme dan tujuan tertinggi yang dicita-citakan Arab untuk membelanya dan menjaganya dari segala upaya menghancur status kearaban Palestina. Meski konspirasi imprialisme Israel barat lebih besar, lebih kuat dari kekuatan kawasan Arab, namun tetap ungkapan yang keluar adalah menolak kejahatan pencaplokan Palestina tahun 1948 hingga tahun 1967. Tidak ada satupun di kalangan Arab berani terang-terangan memberikan kompromi dari sejengkal pun tanah Palestina. Kekalahan Arab di perang 5 Juni 1967 menyebabkan kondisi sock Arab. Mereka menolak kekalahan telak pada saat itu. Bahkan rezim-rezim Arab pada saat itu (1967) bersatu mengumumkan “tiga la (tidak) dari bangsa Arab” (tidak untuk mengakui Israel, tidak berunding dan tidak normalisasi dengan Israel).

Sikap kukuh Arab untuk bersatu pada perang Oktober 1973 dan negara-negara Arab bersama rakyatnya merasakan kemenangan militer pada saat itu. Namun hasil politik setelahnya, menyusul Mesir menempuh solusi sendirian sebagai langkah awal menyepakati sesi kedua tahun 1974 hingga terjadi kunjungan Anwar Sadat ke Al-Quds 1977 dan berakhir pada penandatanganan kesepakaan Cam David 1979. Ini semua menyebabkan masalah mengalami hantaman keras terhadap masalah Palestina dan guncangan keras terhadap negara-negara Arab yang bereaksi keras terhadap sikap Anwar Sadat pada saat itu; dimana banyak negara memakzulkan Mesir dari konflik Arab. KTT Baghdad tahun 1978 merupakan ekspresi reaksi dan strategi Arab dalam menjaga sistemasi negara-negara Arab. Sistemasi itu kemudian dihancurkan oleh Perang Teluk II tahun 1990. Kondisi semakin terpuruk ketika perpecahan negara-negara Arab sudah sempurna di tengah hancurnya tata dunia lama dengan hancurnya bas camp sosialisme (Uni Sovyet).

Hanya sekedar mengingatkan; unsur pembentuk identitas peradaban kawasan Arab masih beraliran sunni sejak Khilafah Rasyidah hingga Khilafah Utsmaniah; yang merupakan negara khilafah sunni terakhir. Imprialisme Utsmaniah beraliran sunni seperti halnya pendahulunya, meski pada saat yang sama banyak kelompok dan aliran Islam lainnya yang tidak dihilangkan atau berbenturan dengan sunni.

Bangsa Arab pernah berharap mendirikan satu negara di atas puing-puing imprialisme Islam Utsmani. namun cita-cita Arab untuk bersatu ini berbenturan dengan konspirasi barat yang jahat. Upaya paling tinggi mereka lakukan – setelah entitas kebangsaan Arab stabil – adalah menciptakan link antara negara-negara itu. Itulah sistemasi negara-negara Arab. Sistemasi negara Arab adalah keimanan paling lemah. Namun demikian sistem itu masih menjadi sasaran konspirasi luar, perpecahan dan friksi internal hingga akhirnya terbelah pada tahun 1990 seperti yang kami tegaskan.

Seperti diketahui, berbagai upaya tidak berhenti untuk mengembalikan sistem negara-negara Arab ini. Di sisi lain, tekanan dan serangan dari luar terhadap sistem itu juga tidak berhenti. Disamping berbagai upaya menyulut fitnah golongan, pancingan perang, provokasi untuk menciptakan alternative sistem dari negara sunni sekarang. Semua itu melahirkan kelemahan, perpecahan dan kehancuran seperti sekarang ini. Semuanya tidak berpihak kepada kepentingan umat dan secara khusus kepada kepentingan solusi masalah Palestina. Maka tidak ada perlu turut dalam kancah perundingan kecuali jika sudah terwujud front Arab bersatu yang kuat. Jika tidak, maka kelemahan dan ketidakberdayaan sekarang ini tidak mungkin mengantarkan kepada perundingan. Bahkan dipastikan akan terjadi istislam (menyerah dan memberikan kompromi-kompromi) bukan salam (perdamaian) serta akan menimbulkan berbagai situasi buruk dan tragis bagi kondisi Arab, sebagian atau seluruhnya. (bn-bsyr)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar