Minggu, 16 Agustus 2009

Pidato Netanyahu: Planing Pengelabuan Baru Israel

Bilal Hassan

Harian Asy-Syarqul Ausath

Hari ini.. Sepuluh hari setelah Obama menyampaikan sambutannya di Kairo, Benjamin Netanyahu, PM Israel menyampaikan pidato tradisional menanggapi politik Amerika Serikat. Ia mengumumkan bahwa dirinya bertentangan dengan Obama, menolak slogan solusi “dua Negara”, menolak menghentikan perluasan permukiman. Persiapan sikap Israel untuk mundur sudah dimulai sejak Obama selesai pidato. Simon Perez, presiden Israel sosok dari Partai Buruh kiri ini akan mendekati menasihati Netanyahu dari Likud berhaluan kanan. Perez akan menyampaikan kepada pers apa yang tidak dikatakan oleh Netanyahu dalam pidatonya dan dirinya tidak bertentangan dengan sikap-sikap Obama. Setelah pidato Obama, Simon Perez langsung mengontak Netanyahu untuk mengajaknya agar tidak menyia-nyiakan kesempatan bersenjata dalam pidatonya, termasuk kembali berunding dengan Palestina sesuai dengan Peta Jalan Damai serta menasihatinya agar menghentikan permukiman.

Setelah Perez, datang Menhan Israel Ehud Barak. Ia juga menolak perluasan permukiman. Ia menasihati Netanyahu agar menerima rencana “solusi dua Negara” dan mengumumkannya dalam pidatonya hari ini. Ehud Barak tidak lupa membela ajakan politiknya ini dengan mengatakan, “Pemerintah Netanyahu masih menghormati kesepakatan yang diteken dengan pemerintah sebelumnya di antaranya Peta Jalan yang menegaskan solusi konflik berdasarkan pendirian dua Negara untuk dua bangsa. Jika solusi ini gagal maka hanya akan ada satu Negara “Israel”. Jika Palestina memiliki hak voting maka tidak aka nada Negara Yahudi dan tidak aka nada Negara dua bangsa. Jika Palestina tidak memiliki hak voting maka, system Negara Israel akan sangat rasis dan diskriminatif.

Seruan dari Presiden Israel dan Menhannya ini membuat Netanyahu yakin pentingnya menerima nasihat itu. Jika ia tetap pada sikapnya, maka pemerintahannya akan lemah dan bisa jadi jatuh dan digantikan yang menasihatinya. Apalagi Ehud Barak sempat bertemu Obama di Gedung Putih dan kita tidak tahu ada kesepakatan apa antar keduanya. Jika ia mundur dan meralat sikapnya, maka ia bisa menerima slogan “dua Negara” dan bekerjasama dengan elit Israel lainnya untuk merancang Negara Palestina yang tidak memiliki spirit dan esensi baru setelah itu menuju perundingan damai untuk mencari simpati Obama.

Jika Netanyahu menerima ini maka ia akan menyampaikan dalam pidatonya soal “rencana detail tentang pengertian perdamaian di kawasan” atau “rencana perdamaian Israel di kawasan”. Pidato itu dikonsep oleh tiga orang: Netanyahu; yang pada dasarnya tidak percaya dengan pentingnya perundingan dengan Palestina, Simon Perez; yang terkenal karena manipulasi politiknya melalui pembenaran sesuatu dengan yang tidak benar. Israel juga membela kejahatan Israel di Gaza di depan PM Turki. Sementara Ehud Barack adalah laki-laki pembantai, tukang perang, perundingan yang gagal dengan Yaser Arafat di Cam David tahun 2000 ketika berusaha menipu Arafat agar menerima proyek damai yang dikelabui yang didasarkan kepada penguasaan 45 % tanah Tepi Barat, menguasai Al-Quds dan masjid Al-Aqsha, membiarkan pangkalang militer Israel di Tepi Barat.

Mereka bertiga ini akan merancang “rencana perdamaian Israel” dan mengumumkan bahwa mereka menerima rencana presiden Obama untuk berunding yang didasarkan kepada prinsip dua Negara dengan menghentikan segera perluasan pemukiman. Kemudian mereka mulai merinci rencana perdamaian ala Israel. Yakni rencana lama tapi baru dimana Israel akan menentukan apa yang mereka inginkan dari tanah, perbatasan, air, sejarah, peninggalan bersejarah. Kemudian setelah itu mereka akan meninggalkan Palestina dengan memberikan prediket “Negara” di atas tanah kering kerontang dan kota-kota yang dikepung tembok dan sumur yang kering.

Sejak hari ini, kita Palestina dan Arab di hadapkan pertanyaan tantangan dari rencana Israel lama tapi baru ini. tantangan itu berasal dari dua sisi: kita sendiri dan sisi Presiden Barack Obama.

Kita sendiri memiliki tanggungjawab menentukan apa yang kita inginkan dari perundingan politik dengan Israel dengan kalimat yang jelas tanpa ada kesamaran, menjelaskan perundingan damai Arab:

Pertama, penarikan diri Israel secara penuh dari wilayah Arab yang dijajah tahun 1967.

Kedua, menghilangkan seluruh permukiman Israel yang didirikan di atas tanah jajahan yang bertentangan dengan undang-undang internasional, termasuk kota Al-Quds dan sekitarnya.

Ketiga, mendirikan Negara Palestina merdeka dan memiliki kedaulatan penuh.

Keempat; menolak gagasan pertukaran tanah dalam perundingan.

Kelima, meminta ganti rugi bagi warga Tepi Barat dan Jalur Gaza dari kerusakan dan kehancuran yang mereka akibat tindakan Israel baik kerugian nyawa, tanah, property, bisa jadi perumukiman yahudi di Tepi Barat sebagai salah satu bentuk ganti rugi.

Keenam, mengonsep proyek solusi yang menjamin hak kembali pengungsi Palestina sesuai dengan keputusan 194 dari resolusi DK PBB tahun 1948.

Ketujuh, jika Israel menolak hak kembali, maka kesepakatan yang sduah dibuat adalah kesepakatan gencatan senjata dan kesepakatan menghilangkan bekas peperangan mereka di tahun 1967 dan bukan kesepakatan damai antara Israel dan Palestina.

Pasal-pasal ini harus ditulis, diumumkan, disampaikan kepada Israel dan presiden Amerika dan semua yang berkempentingan.

Di pihak Obama, kita sedang menunggu perundingan yang diserukannya setelah Netanyahu mengumumkan rencana perdamaian. Jika Obama menyatakan bahwa drinya sudah menyiapkan situasi yang sesuai di meja perundingan, maka itu sudah bentuk kegagalan sejak pertama. Sebab itu perundingan berdasarkan kekuatan yang dimiliki Israel dan AS. Selama bertahun-tahun logika ini gagal. Perundingan yang menjamin berhasil adalah yang didasarkan kepada kaidah hukum internasional yang ditolak Israel sejak konferensi Madrid tahun 1991 hingga sekarang dan didukung AS. Jika Obama ingin mengubah secara hakiki maka ia harus menggunakan hukum internasional sebagai kaidah perundingan Arab Israel. Inilah yang kurang dari pidato Obama terkait dengan masalah Palestina. (bn-bsyr)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar